Review Menata Kala
Halooo saya datang lagi setelah sekian bulan tidak
menyambangi lapak ini hehee.
Kali ini mau ngereview satu buku yang baru saya tamatin
pekan lalu padahal sudah lama banget pengen baca buku ini. Tapi baru kepegang,
baru dapet pinjaman maksudnya. Hehee. Saya pilih buku ini untuk mengawali tahun
2018 atas rekomendasi salah satu teman yang saat ini tengah belajar nulis buku.
Doain ya 😄
Membaca buku bersampul dominan ungu ini seperti berkaca pada
diri sendiri. Setiap babnya kerasa kesindir terus-terusan, nyelekit sih tapi
asyik. Buku ini bukan berisi kumpulan cerita pendek, tapi lebih ke cerita yang
sehari-hari penulis alami lalu ia tulisankan dalam sebuah buku. Lantas di akhir
tiap bab, pembaca diajak mengambil hikmah dibalik kejadian-kejadian itu. Isinya
pun bukan hal-hal yang berat tapi justru hal-hal yang hampir semua orang alami
tapi dikemas secara apik dan sederhana.
Satu bagian yang jadi favorit saya adalah tulisan tentang “karena
hidup berbatas waktu”. Disitu saya merasa ditampar habis-habisan (ini lebay
hehee). Ya, kita tidak pernah tahu berapa sisa waktu yang masih Allah kasih
untuk hidup di atas bumi-Nya ini. Dan satu hal yang pasti terjadi bagi setiap
yang bernyawa yaitu ajal. Untuk sisa waktu yang Allah berikan semoga kita, saya
pribadi khususnya, semoga bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Lantas bagian kedua yang menjadi favorit saya, sekaligus
membuat saya malu sekali adalah tulisan dengan judul “waktu sisa”. Bagaimana
tidak, dari 24 jam yang Allah berikan, justru hanya waktu sisa yang saya
berikan untuk menghadap-Nya. Panggilan sholat diabaikan, bukannya bergegas
ambil wudhu tapi masih sibuk terlena dengan urusan dunia. Sementara selama ini
banyak permintaan ini itu kepada Allah, berharap Allah mengabulkan secepatnya.
Gimana mau dikabulin secepatnya kalau mau mintanya aja masih nunda-nunda.
Kebanyakan minta, nggak tau terima kasih. Astaghfirullahaladzim ðŸ˜
Di bagian hampir akhir buku ini, satu part favorit saya
yaitu “waktuku bersama ibu”. Kalau kata saya, ini mah nyenggol ati banget. Hahaa. Karena beberapa bulan lalu baru
mengalami. Ketika itu pas saya pulang ke Jogja, dari sebelum pulang sudah
janjian dengan teman-teman hari Ahad mau ngumpul sekalian tilik bayi karena sudah lama nggak ketemu. Eh paginya, ibuk
ngajakin piknik, jalan-jalan bareng selagi saya di rumah. Sempet bingung, eh
tapi saya bilang udah ada janji buk. Jadilah saya tetep pergi dengan
teman-teman karena sudah terlanjur janji pikir saya kala itu. Habis baca bagian
“waktuku bersama ibu” saya termenung. Barangkali kala itu ibu cuma mau
menikmati waktu bersama anak perempuannya ini yang nggak setiap hari bisa ketemu.
Maafin anakmu buk ðŸ˜
Oke, setelah mengetik sepanjang ini saya baru sadar belum
menyebutkan judul buku dan penulisnya. Hehee. Buku dengan judul “Menata Kala”
ini ditulis oleh dua orang penulis yaitu Khairunnisa Syaladin dan Novie
Ocktaviane Mufti. Terima kasih untuk tulisan-tulisannya ukhti 😊
Terakhir saya merekomendasikan buku ini untuk yang sedang
belajar menjadi baik 💓
Batang, 10 Januari 2018
Comments