Posts

Mengeja Makna

Image
  Kalau ada yang tanya gimana 2021? Aku hanya bisa menghela napas panjang. Kemudian berbagai peristiwa berputar di memori otak, dan jawabanku adalah, Alhamdulillaah atas kemahabaikan Allah masih sanggup nulis ini sambil tersenyum. Tanpa kebaikan Allah nggak akan bisa nulis ini. Mengingat pertengahan tahun yang sangat berat, yang terkadang nggak mau lagi untuk mengingatnya. Ketika kabar duka datang hampir setiap hari, bahkan dari orang-orang yang kita kenal dekat. Yang ada dalam pikiranku, ya Rabb kapan tiba giliranku? Bukankah aku ini milikMu? Mudah bagiMu untuk mengambil siapa saja yang Kau kehendaki. Allah masih kasih hidup hingga detik ini, buatku sebuah anugerah yang luar biasa. Allah masih kasih kesempatan untuk berbenah sebelum pulang kepadaNya. Semoga kita diambil dalam kondisi keimanan yang paling baik. "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan." (QS. Al-Ankabut : 57) Dan kebaikan Allah itu makin kurasakan di pengh

Tentang Semasa

Image
Buku yang sukses membangkitkan ingatan masa kecil. Tentang peristiwa-peristiwa di rumah simbah, di halaman rumah, di sawah, di warung sebelah, di jalan menuju sekolah, yang saling berebut untuk diingat. Tentang keributan-keributan kecil sesederhana siapa yang berperan jadi penjual dan siapa yang jadi pembeli. Tentang siapa yang lebih banyak memiliki kelereng. Tentang teriakan ketika ibu pulang menenteng Majalah Bobo. Tentang rengekan ketika minta dibelikan jepet kupu mentul-mentul persis seperti milik mbak sepupu. Menyenangkan untuk diinta, tetapi tidak untuk kembali ke masa itu.    Novel ini berkisah tentang penjualan sebuah rumah yang banyak menyimpan kenangan. Sejak awal keputusan itu sudah dibuat dan disepakati. Tetapi di tengah proses penjualannya ada kendala dan ternyata masih ada ketidakrelaan dari beberapa pihak.    Coro, si tokoh laki-laki, merasa bahwa kedekatannya dengan Sachi, sepupu perempuannya, sudah tidak seperti dulu lagi. Entah karena jarak yang memisahkan

Hei, kamu bukan Cinderella !

Image
Pagi itu, saya scrolling obrolan di salah satu grup kelas online karena semalam harus melewatkan kelas yang sebenarnya sudah saya tunggu-tunggu. Saya dibuat tersenyum dengan pemaparan awal dari pemateri –Kak Vella- yang kurang lebih seperti ini “ada keyakinan dalam pikiran kita bahwa akan ada seseorang yang datang ke kehidupan kita kemudian membantu membereskan masalah-masalah hidup, finansial, emosi dan sosial kita sehingga kita akan mencapai kesuksesan atau kebahagiaan.” Hei, kamu bukan cinderella yang ketemu pangeran kemudian hidup happily ever after ! Kabar buruknya, mindset tersebut ternyata dipegang kuat oleh kebanyakan orang, entah secara sadar maupun tidak sadar, termasuk saya. Entah dari mana keyakinan-keyakinan itu muncul. Padahal tidak aja yang menjanjikan hal tersebut akan nyata terjadi. Tetapi angan-angan itu tetap diikat kuat agar mengendap dalam pikiran. Seolah kita menolak untuk sadar. Dampaknya, jika pada kenyataannya tidak ada orang yang membantu k

Tapak #1 : Meraba Medan

Image
“ Yang penting maju dulu satu langkah ” begitu kiranya yang dikatakan temanku siang itu. Pas banget di momen awal tahun, yang kebanyakan orang memulai dengan sesuatu yang baru. Entah semangatnya yang baru, resolusi baru, hati yang baru atau bersama lingkungan dan teman-teman baru. Mungkin langkah pertama terasa berat. Terlebih untuk memulai sesuatu yang baik. Yang perlu dan selalu harus diingat hanya bahwa setan tak akan pernah membiarkan manusia untuk berbuat baik. Jika langkah pertama saja sudah kewalahan, bagaimana dengan langkah berikutnya? Apakah hanya akan berakhir di langkah pertama? Jawaban paling jujur, tentu tidak ! Kita tak akan tahu bagaimana langkah kedua, ketiga dan seterusnya tanpa langkah pertama, bukan? Mungkin di langkah kedua kita akan dibuat tersenyum. Kemudian di langkah ketiga kita akan tertawa bahagia. Atau barangkali di langkah kedua kita akan diajak berlari kencang sampai langkah kesepuluh hingga di langkah kesebelas akhirnya kita pasrah karena lelah.

Review Arkais - Nona Teh dan Tuan Kopi

Image
arkais /ar.ka.is/ a 1 berhubungan dengan masa dahulu Seri kedua Nona Teh dan Tuan Kopi ini berkisah tentang masa lalu si tokoh laki-laki, Regen Argentara. Regen kecil yang terbiasa ditinggalkan orang-orang terdekatnya, terbiasa menerima penolakan dari lingkungannya bahkan kerap mendapatkan perlakuan abussive dari ibu kandungnya sendiri. Regen yang di usia anak-anaknya memperlihatkan ciri-ciri seorang psikopat. Hingga suatu hari psikiaternya memberi tahu bahwa dirinya pembawa gen psikopat. Regen yang tumbuh di tengah keluarga yang tidak utuh, yang terbiasa memendam sendiri apa yang dia rasakan.  Tapi semesta begitu baik. Ia dipertemukan dengan sosok perempuan mandiri, Varsha Kalamatari. Perempuan yang bisa menerima Regen dengan baik. Hingga Regen dibuat nyaman dan menaruh harapan besar. Akan tetapi, tekad Regen untuk melamar Varsha malam itu, justru berakhir dengan sebuah penolakan. Varsha menginginkan Regen yang kuat, yang bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Bukan Rege

Jangan Menyepelekan

Image
“ My dear , apa yang mengganggu pikiranmu?” “Ada yang sedang kupikirkan. Kemarin sore aku tak sengaja bertemu dengan teman SMP-ku di depan sebuah toko kelontong. Kami sempat bertukar kabar sambil numpang duduk di lincak pemilik toko tersebut. Temanku itu bercerita, dia kini tengah dihadapkan dengan suatu masalah. Padahal masalah itu hanya masalah sepele. Tapi aku perhatikan dia begitu stres. Heran aku.” “Sayang, jangan menyepelekan masalah orang lain” “Tapi itu bukan masalah besar. Aku pernah mengalaminya. Dan rasa-rasanya aku biasa saja dan mampu melewatinya. Tapi kenapa temanku itu seolah mendramatisir keadaan?” ( sambil tersenyum ) “Aku paham perasaanmu. Mungkin kamu bisa berpikir begitu karena kamu sudah pernah mengalami. Mungkin bagimu bukan masalah besar, tapi bagi orang lain bisa jadi seolah dunia akan runtuh. Semua tergantung sudut pandang masing-masing. Dan lagi, mungkin masalahnya sama, tapi kita tak akan pernah tau bagaimana rasanya jika tidak mengalaminya. Jangan