Jangan Menyepelekan
“My dear, apa yang
mengganggu pikiranmu?”
“Ada yang sedang kupikirkan. Kemarin sore aku tak sengaja bertemu
dengan teman SMP-ku di depan sebuah toko kelontong. Kami sempat bertukar kabar
sambil numpang duduk di lincak
pemilik toko tersebut. Temanku itu bercerita, dia kini tengah dihadapkan dengan
suatu masalah. Padahal masalah itu hanya masalah sepele. Tapi aku perhatikan
dia begitu stres. Heran aku.”
“Sayang, jangan menyepelekan masalah orang lain”
“Tapi itu bukan masalah besar. Aku pernah mengalaminya. Dan
rasa-rasanya aku biasa saja dan mampu melewatinya. Tapi kenapa temanku itu
seolah mendramatisir keadaan?”
(sambil tersenyum)
“Aku paham perasaanmu. Mungkin kamu bisa berpikir begitu karena kamu sudah
pernah mengalami. Mungkin bagimu bukan masalah besar, tapi bagi orang lain bisa
jadi seolah dunia akan runtuh. Semua tergantung sudut pandang masing-masing.
Dan lagi, mungkin masalahnya sama, tapi kita tak akan pernah tau bagaimana
rasanya jika tidak mengalaminya. Jangan menyepelekan masalah orang lain. Setiap
orang diuji dengan masalah sesuai porsinya, sesuai kemampuannya. Jangan
bandingkan kemampuanmu dengan temanmu itu. Barangkali benar kamu lebih mampu.
Tapi ingat, yang lebih mampu darimu pun banyak, bukan?”
“Iya, aku mengerti.” (menunduk)
“Nah, bagus. Berhenti membanding-bandingkan diri kita dengan
orang lain. Rasanya tak akan ada habisnya. Perihal temanmu itu, dia hanya butuh
didengarkan, bukan diremehkan. Daripada kamu hanya menghakiminya, kenapa tidak
kamu beri tahu solusinya? Bukankah katamu kamu pernah mengalaminya juga?”
(kemudian hening)
Percakapan imajiner
antara aku dan diriku
Untuk yang pernah saya sepelekan, saya gampangkan. “Alaah, cuma gitu doang” “Kayak gitu aja sih gampang” “Masak gitu aja nggak ngerti?” dan
sederet komentar-komentar lain yang tanpa sadar terlontar. Semoga tidak
memendam sakit hati 💗
Batang, 21 Maret 2018
Comments